PEMBUATAN BAHAN AJAR VIDEO
ADAPTASI DAN CIRI-CIRI
TUMBUHAN KAKTUS DAN PEMAKAN SERANGGA KELAS VI SD/MI
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Sumber Belajar
Dosen Pengampu :
Andi Prastowo, S.Pd.I, M.Pd.

Oleh :
Benny Mu’alim (12480080)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tanpa halangan suatu apapun. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengembangan Sumber Belajar.
Makalah ini bertajuk
“Pembuatan Bahan Ajar Video Adaptasi dan Ciri-Ciri Tumbuhan Kaktus
dan Pemakan Serangga Kelas VI SD/MI”, berisikan
tentang pengertian bahan ajar video, proses pembuatan bahan
ajar video dan penutup.
Pembuatan makalah
ini terlaksana atas bantuan dari beberapa pihak, sehingga tidak lupa penyusun
ucapkan terimakasih kepada :
1.
Allah SWT, yang
telah memberikan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2.
Ayah Ibu terhebat penulis
yang senantiasa memberi doa, dukungan dan apapun yang
sangat luar biasa,
3.
Andi Prastowo, M.Pd. I., selaku pengampu dan pembimbing kami pada mata kuliah Pengembangan Sumber
Belajar,
4.
Teman-teman dan
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya
penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian ataupun bagi
penulis sendiri. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan makalah di kemudian hari.
Yogyakarta, 20 Mei
2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi yang semakin cepat merupakan
sebuah kesempatan yang sangat bagus. Kesempatan itu terutama dapat dimanfaatkan
oleh seorang pendidik dalam kaitan pembelajaran yaitu pengembangan bahan ajar
yang digunakan. Bahan ajar yang dapat dikembangkan dalam hal ini salah satunya
yaitu bahan ajar video. Bahan ajar video ini tentunya lebih dapat memberikan
kesan berbeda dalam otak peserta didik karena video ini mengandung audio dan
visual. Tentunya video ini sebagai bahan ajar yang sangat menarik bagi peserta
didik. Biasanya video ini merupakan video yang paling digemari oleh peserta
didik.
Video ini tentunya sebagai bahan ajar yang dapat
memberikan manfaat lebih bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus.
Misalnya bagi peserta didik yang kurang pendengaran dengan video harapannya
tetap bisa menangkap informasi yang diberikan misalnya dengan dukungan gambar
yang diberikan. Bagi peserta didik yang penglihatannya terganggu diharapkan
tetap bisa mengikuti dengan audio yang melengkapi video tersebut. Jadi video
ini tentunya sangat membantu pendidik untuk memberikan gambaran terhadap
peserta didik yang kira-kira tidak bisa dihadirkan oleh pendidik contoh
gambaran tentang negara-negara, kisah nabi, dan lain-lain. Dan video ini juga
merupakan upaya dalam menghadapi kemajuan globalisasi ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan
permasalahannya:
1. Apa pengertian bahan ajar video?
2. Apa saja unsur penyusun bahan ajar video?
3. Bagaimana langkah pembuatan bahan ajar video?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Video
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006), video diartikan sebagai gambar
hidup atau program televise lewat tayangan pesawat televisi. Atau dengan kata lain
video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara.
Video memiliki kategori sebagai segala
sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar
bergerak secara sekuensial. Video termasuk bahan ajar audiovisual, artinya
bahan ajar tersebut mengombinasikan materi visual dan materi audio.
Pemanfaatan program video dalam kegiatan
pembelajaran, diantaranya:
1.
memberikan
pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik.
2.
memperlihatkan
secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat.
3.
dapat
mendemostrasikan perubahan waktu ke waktu.
4.
menampilkan
presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya.
5.
menunjukan
cara penggunaan alat.
6.
memperagakan
ketrampilan yang akan dipelajari.
7.
menunjukan
tahapan prosedur.
8.
menghadirkan
penampilan drama atau musik.
9.
menganalisis
perubahan dalam periode waktu tertentu.
10. menyampaikan objek tiga dimensi.
11. memperlihatkan diskusi atau interaksi
anatara dua orang atau lebih.
12. memberikan pengalaman kepada peserta
didik untuk merasakan keadaan tertentu.
B. Kelebihan
dan Keterbatasan Video
1.
Kelebihan
dan Keterbatasan Video menurut American Hospital Association
Kelebihan
video:
·
bermanfaat
untuk menggambarkan gerakan, keterkaitan, dan memberikan dampak terhadap topic
yang dibahas
·
dapat
diputar ulang
·
gerakan
mulut dapat direkam dengan video
·
dapat
dimasukkan teknik film lain seperti animasi
·
dapat
dikombinasikan antara gambar diam dengan gerakan
·
proyektor
standar dapat ditemukan dimana-mana
Keterbatasan
video: ongkos produksi mahal dan tidak
kompatibel untuk bergam format video
2.
Kelebihan
dan Keterbatasn Video Menurut Anderson
kelebihan video:
·
Dengan
video, dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu.
·
Dengan
video, penampilan peserta didik dapat segera dilihat kembali untuk dikritik
atau dievaluasi.
·
Dengan
menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses belajar maupun nilai
hiburan dari penyajian tersebut.
·
Dengan
video, dapat diambil isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau
latihan.
·
Dengan
video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi
(kelas) berbeda dengan jumlah penonton (peserta) yang tidak terbatas.
·
Pembelajaran
dengan video merupakan suatu pembelajaran mandiri, di mana siswa siswa belajar
sesuai kecepatan masing-masing dapat dirancang.
keterbatasan video:
·
Peralatan
video tentu harus sudah tersedia di tempat penggunaan serta harus cocok dengan
formatnya dengan pita video atau piringan video (VCD/DVD) yang akan digunakan.
·
Menyusun
naskah atau scenario video tidak mudah dan memakan waktu.
·
Biaya
produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya.
·
Apabila
gambar pada pita video ditransfer ke film, hasilnya tidak bagus.
·
Layar
monitor kecil akan membatasi jumlah penonton.
·
Jumlah
grafis pada garis untuk video terbatas.
·
Perubahan
yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem video menjadi
masalah yang berkelanjutan.
C. Film
dan Pemanfatannya sebagai Bahan Ajar
Film
digunakan untuk tiga tujuan utama, yaitu pertama,
tujuan kognitif untuk mengajarkan pengenalan kembali atau perbedaan stimulasi
gerak yang relevan. Kedua, tujuan
psikomotorik untuk memperlihatkan contoh ketrampilan gerak. Ketiga,
tujuan afektif untuk mempengaruhi sikap dan emosi.
D. Kelebihan
dan Keterbatasan Film
Menurut
Anderson (1987) ada delapan kelebihan film sebagai bahan ajar, yaitu:
1.
Film
dapat menyajikan gambar bergerak untuk mempergakan rangsangan atau respons yang
serasi yang dikehendaki dalam training.
2.
Film
dapat membuat efek visual.
3.
Sejarah
film yang panjang memungkinkan tersedianya berbagai film di banyak perpustakaan
sebagai salah satu sumber belajar.
4.
Film
dapat digunakan dengan proyeksi dari depan atau belakang.
5.
Isi
dan urut-urutan materi pelajaran sudah terpadu.
6.
Proyeksi
film pada umumnya mudah diperoleh, mudah dibawa, dan gampang pengoperasiannya.
7.
Kualitas
hambar yang ditransfe dari film ke video lebih baik daripada video ke film.
8.
Ukuran
film yang sudah terstandarisasi memungkinkan digunakan di mana-mana.
Sementara,
kelemahan-kelemahan film sebagai bahan ajar, diantaranya:
1.
Biaya
produksi tinggi dan para ahli dalam bidang masih langka.
2.
Memproses
film membutuhkan waktu.
3.
Sering
kali lembaga-lembaga tidak memiliki sarana produksi film bersuara yang
sederhana dan murah.
4.
Film
yang sudah dipakai tidak dapat dihapus dan digunakan kembali.
5.
Harus
ditangani dan dirawat dengan hati-hati.
E. Unsur-unsur
Bahan Ajar Video atau Film
Menurut Diknas (2004), struktur
bahan ajar video atau film meliputi enam komponen, yaitu judul, petunjuk
belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, dan
penilaian.
F. Memahami
Langkah-langkah Praktis Penyusunan Bahan Ajar Video atau Film
Langkah-langkah menyusun video/film,
menurut Diknas (2004) sebagai berikut. Pertama,
judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan banyak
sedikitnya materi. Kedua, pembuatan
synopsis yang menggambarkan secara singkat dan jelas tentang materi yang akan
dibahas dalam program video. Ketiga,
informasi pendukung dijelaskan secara gambling, padat daj menarik dalam bentuk story board atau naskah. Keempat,
pengambilan gambar dilakukan atas dasar story board. Kelima, proses editing dilakukan oleh orang yang mengetahui alat
editing didampingi oleh orang yang menguasai isi materi video/film. Keenam, dilakukan penilaian terhadapa
program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi, maupun
sinematografi. Ketujuh, program video
atau fim biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada
akhir penayangan melalui presenter. Kedelapan,
penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban tertulis dari pertanyaan dalam
program video/film atau hasil karya dari tugas yang diberikan.
Arif dan Napitupulu (1997), untuk
memproduksi program audio visual terdapat empat fase yaitu perencanaan,produksi,
kegiatan tindak lanjut, serta penilaian dan kesimpulan.
1.
Fase
Perencanaan
Fase ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Penentuan
topik.
b.
Pemilihan
strategi.
c.
Penentuan
seluk-beluk atau profil para penerima.
d.
Penentuan
gagasan pokok (sentral).
e.
Penetapan
tujuan kegiatan.
f.
Pengembangan
gagasan pokok menjadi satu garis besar.
g.
Penegasan
strategi atau bentuk program.
h.
Pembuatan
papan cerita atau menulis naskah.
Untuk menyiapkan
papan cerita, perlu memperhatikan tiga hal, yaitu kesederhanaan atau mudah
dibaca, kontinuitas gambar atau foto, kesesuaian untuk dilihat atau didengar.
i.
Penyiapan
jadwal pengambilan gambar rekaman, penyutingan, dan sebagainya.
2.
Fase
Produksi
Fase ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Pengambilan
gambar dan grafik
b.
Perekaman
narasi dan efek
c.
Sinkronisasi
atau penyutingan
3.
Fase
Kegiatan Tindak Lanjut
Fase ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Penyiapan
cara menggunakan atau petunjuk bagi pemakai atau pendidik.
b.
Penilaian
program.
4.
Fase
Penilaian dan Kesimpulan
Fase ini merupakan
bagian terakhir dari proses produksi video atau film. Dalam fase ini, video
atau film dievaluasi ulang untuk penyempurnan, baru kemudian masuk ke
kesimpulan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Video diartikan sebagai
gambar hidup atau program televise lewat tayangan pesawat televisi. Struktur bahan ajar
video atau film meliputi enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar,
kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, dan
penilaian. Langkah pembuatan bahan ajar
video/film yaitu, pertama,
judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan banyak
sedikitnya materi. Kedua, pembuatan
synopsis yang menggambarkan secara singkat dan jelas tentang materi yang akan
dibahas dalam program video. Ketiga,
informasi pendukung dijelaskan secara gambling, padat daj menarik dalam bentuk story board atau naskah. Keempat,
pengambilan gambar dilakukan atas dasar story board. Kelima, proses editing dilakukan oleh orang yang mengetahui alat
editing didampingi oleh orang yang menguasai isi materi video/film. Keenam, dilakukan penilaian terhadapa
program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi, maupun
sinematografi. Ketujuh, program video
atau fim biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada
akhir penayangan melalui presenter. Kedelapan,
penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban tertulis dari pertanyaan dalam
program video/film atau hasil karya dari tugas yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Prastowo,
Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan
Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.
No comments:
Post a Comment